Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nikmatnya Melesat di Perkampungan Sesat

Kompas.com - 09/11/2011, 06:02 WIB

PALEMBANG, KOMPAS.com — Ada yang menarik dalam perjalanan Jakarta-Palembang. Ketika melewati daerah Lampung sampai Martapura, tim Kompas Jelajah Sepeda Jakarta-Palembang (JSJP) disuguhi jajaran perkampungan yang terdiri beberapa rumah sesat atau rumah adat Lampung.

Ini satu kekayaan budaya tersendiri yang tampaknya mulai berkurang jumlahnya. Beberapa jalan memang masih didominasi rumah sesat. Namun, lebih banyak pula rumah dengan model-model masa kini.

Rumah sesat berbentuk panggung. Di latar depan selalu ada tangga untuk masuk ke ruang atas, sedangkan ruang bawah biasanya adalah tiang-tiang penyangga. Atapnya biasanya juga menggunakan ijuk atau kayu.

Namun, kini ruang bawah sudah banyak yang digunakan untuk tempat tinggal atau warung sehingga bentuk rumah sesat sudah mulai berubah. Atapnya juga sebagian sudah berganti genteng atau seng, bahkan ada yang berubah menjadi asbes.

Rumah sesat biasanya didirikan di pinggir sungai atau di pinggir jalan-jalan utama. Itu pula yang menjadi daya tarik dan pengalaman menarik ketika JSJP melewati Lampung, terutama Lampung Barat. Di beberapa jalan masih didominasi rumah sesat, salah satu kekayaan budaya Indonesia.

Sayang, kini mulai jarang rumah sesat yang murni. Bahkan, sebagian sudah berupa bangunan tembok, meski arsitekturnya tak jauh berbeda.

Umumnya, rumah sesat dibuat dari kayu. Berupa panggung karena dulunya untuk melindungi diri dari serangan hewan buas.

Menurut penduduk Way Kanan, Maryani, rumah sesat sudah berkurang banyak. Padahal, sebenarnya rumah sesat memiliki filosofinya sendiri.

"Sekarang orang lebih mementingkan fungsionalnya. Kalaupun bentuknya masih seperti rumah sesat, tapi terkadang filosofinya sudah dirombak sesuai kebutuhan," ujarnya.

Meski begitu, masih ada beberapa perkampungan yang didominasi rumah sesat. Itulah salah satu daya tarik di Lampung. Bersepeda melewati perkampungan ini tak ubahnya wisata budaya yang sangat berharga.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com